Senin, 25 April 2016

#SamaSaja

Sepertinya kamu sama saja seperti yang lainnya. Memilih meyerah di tengah jalan. Meninggalkan aku yang malang. Sayang sungguh disayang. Saatnya aku bilang, selamat jalan.
Untukmu yang memberiku mimpi tapi kemudian pergi. Untukmu yang memilih menjadi kenangan dibandingkan masa depan. Semoga kamu menyesal bahagia disana.

Sabtu, 23 April 2016

Dulu Vs Sekarang

Saat tumbuh dewasa, saya menyadari banyak hal. Bertanya lebih banyak, mengetahui banyak, dan merasa kerdil lebih sering. Ketika waktu berjalan, pemahaman saya tentang dunia pun ikut berkembang sejalan dengan pengetahuan dan peradaban yang saya rasakan. Menua bukan pilihan tapi sebuah keharusan. Seberapapun saya mencegah atau memperlambat penuaan dengan rangkaian perawatan maupun pikiran yang di-upgrade menjadi kekinian, sejatinya saya tetap bukan saya yang sama setiap detiknya. Seiring pertambahan usia setiap tahunnya, saya memahami satu hal. Hal paling berharga dari setiap waktu yang saya jajakan adalah memori. Setidaknya, dengan memori saya dapat mengenang, menangisi, menghardik, menertawakan, dan belajar memahami diri saya saat ini yang dibentuk oleh pengalaman saya dahulu, oleh memori saya itu. Saya menjadi lebih tegar dari pengalaman yang menyedihkan, menjadi lebih berani dari pengalaman yang memalukan, menjadi lebih rileks dari pengalaman yang menyenangkan, dan pada akhirnya saya menghargai diri saya yang dulu hingga saya yang sekarang.
Menakjubkan, bukan? Bagaimana pertambahan usia membuat saya bicara banyak bak motivator bijaksana. Membuat saya seakan tahu dunia. Padahal dunia yang saya sampai saat ini saya tahu hanya sebatas kota dimana saya dilahirkan dan kota saat saya merantau untuk kuliah, itu pun saya yakin tak pernah hafal setiap sudut jalanan di dua kota tersebut.
Dari semua yang terjadi dalam hidup saya, ada hal-hal yang amat saya rindukan, seperti masa-masa saat saya mempertanyakan kapan sekiranya rumus fisika dan matematika logaritma atau aljabar yang rumit itu dapat saya gunakan saat membeli jajanan di pasar, Masa dimana persoalan terberat yang saya pusingkan hanya sebatas rumus, sekolah, dan bermain. Singkatnya, kadang-kadang saya amat merindukan saya yang dulu. Walaupun hal itu sama sekali tak mengurangi penghargaan saya atas diri saya pada saat ini. You know, sometimes it happens, no matter how hard i try, i missed the old me. Just like that, just sometimes.
Mungkin itu terjadi karena saya merasa asing pada sesuatu yang baru saya alami. Semacam melihat sesuatu yang dulu tak pernah saya lihat namun kini menjadi jelas terpampang di mata saya saat dunia menganggap saya sudah cukup dewasa tanpa bertanya apakah saya ingin mengetahui atau tidak. Membuat saya menyadari sesuatu yang dahulu sering saya lihat dan yakini bukanlah sesuatu yang utuh hingga saat saya yang dewasa melihatnya lagi. Semacam meruntuhkan pandangan yang saya percayai sejak dahulu. Semua tidak lagi memesona dengan kesempurnaannya, tetapi menjadi lebih rasional.