Sabtu, 26 Juli 2014

It's Lazy Time....



Saat ini saya sedang asyik menikmati kemalasan dan hidup layaknya pengangguran. Tidur, main handphone, main laptop, nonton TV, sampai akhirnya bosan dan berujung tidur lagi. Ditambah dengan suasana ramadhan yang bahkan tidur pun dapat imbalan. Ya, imbalan pahala. Sungguh bulan penuh berkah, e? Jadilah tindakan pemalasan saya ini mendapatkan alasannya. Alasan pembenarannya. Hahaha.
Tak apa, pikir saya. hampir beberapa bulan belakangan memang saya dikejar deadline. UAS, tugas, laporan, sampai yang paling akhir yaitu KKN (Kuliah Kerja Nyata). Hasilnya, barulah 10 hari menjelang lebaran saya bisa pulang ke kampung halaman. Miss You, PungMan (sapaan akrab saya untukmu kamPung halaMan yang baru saja terpikirkan beberapa menit yang lalu -_-‘). Jadi saya putuskan membiarkan diriku bermalas-malasan. Yah setidaknya membiarkan diri ini diam bersantai menikmati hari-hari sebelum memasuki ajaran baru alias semester baru yang sudah ditagih skripshit oleh kedua orang yang dengan keringatnya membiayai kuliah saya ini, mereka yang saya namai dikontak handphone saya, mamake dan bapake. Ah satu lagi – hampir saja saya lupa – dosen PA (Pembimbing Akademik) pun sudah menanyakan proposal skripshit tepat saat saya selesai mengontrak mata kuliah untuk semester depan.
And you know how it feel?
Rasanya hampir sama seperti kamu baru memesan es campur, nasi liwet, ayam penyet, sayur asem, sambal, dan beraneka makanan lain yang ingin kamu lahap saat buka puasa, dan setelah memberikan pesanan pada pelayannya, kamu disuguhi pertanyaan kapan kamu bisa menghabiskannya, menyantapnya tak bersisa?
Rasanya, kenyang seketika.
Yah.
Beginilah nasib mahasiswa lama menjelang tingkat akhir.

Maka jangan tanyakan saya manfaat bermaslas-malasan atau memberi saya nasehat panjang lebar tentang ketidakbaikan sikap malas. Setidaknya jangan sekarang. Sebab sungguh tak akan saya hiraukan :p

So, the conclusion is………………HAPPY LAZY TIME!! ^^

Dia yang Misterius



Angkuh.
Terlihat kuat.
Misterius.
Sulit ditebak.

Itulah kesan yang aku dapatkan selama mengenalnya. Tapi semakin lama aku justru menemukan ada yang rapuh dari dalam tubuhnya yang terlihat tangguh itu. Dan rasanya… aku ingin membetulkannya – seperti membetulkan mainan yang rusak – padahal jelas ia jauh lebih kompleks dari mainan karena dia manusia, dan dia laki-laki, jenis makhluk hidup yang tak ku mengerti jalan pikiran dan hatinya.
Tapi bagaimana caranya?
Ada banyak hal yang membuatku penasaran. Ada banyak pula alasan untuk tidak mengetahuinya. Aku tak ingin membesarkan rasa penasaran ku itu. Tak ingin melibatkan diri dalam situasi yang rumit. Maka aku tak bergeming. Berusaha mengabaikan. Sampai suatu ketika aku melihat ada hal lain dari dirinya yang membuatku tertegun.
Senyuman.
Ya, senyumannya yang menawan ku kembali dalam rasa penasaran yang selama ini ku hindari. Senyuman dari dia yang misterius.