Aku berjalan dengan malas. Kupaksakan kakiku terus
bergerak maju menuju tempat pertemuan bagi mahasiswa baru dan juga senior –
mahasiswa kolot ups mahasiswa lama maksudku – lebih tepatnya, di depan gedung
fakultas bahasa di universitas angkasa. Aku memang menjadi bagian dari
mahasiswa baru itu dan aku malas karena pastinya aku akan membawa pulang
serentetan tugas mustahil nan ajaib dari para senior, apalagi kalau bukan tugas
untuk masa orientasi kampus. Menyebalkan, bukan?
Aku sudah hampir sampai di tempat pertemuan itu dan
aku dapat melihat segerombolan mahasiswa-mahasiswa baru berdiri di taman depan
gedung fakultas bahasa dengan gaya yang beragam. Mulai dari yang sangat alim
dan terlihat manis hingga yang terlalu ingin dibilang modis dan terkesan berlebihan.
Semuanya ada, lengkap. Dari tempatku berdisi saat ini, aku juga bisa melihat
puluhan senior memakai jas almamater kebanggaannya sedang berkumpul di
kursi-kursi depan pintu gedung. Ada yang sibuk mencatat, membaca, dan juga
terlihat serius berdiskusi dengan temannya, ada juga yang asik memperhatikan
tingkah mahasiswa baru sambil sesekali berbisik dan menertawakan sesuatu dengan
teman-temannya. Semuanya ada, lengkap. Akhirnya kupasrahkan juga diriku
berjalan lagi dan memasuki gerombolan mahasiswa baru dengan beragam gaya itu.
Semalam aku sudah melakukan senam wajah untuk merileksasikan otot-otot wajah
jutek ini agar terlihat lebih jinak. Sesampainya di depan gerombolan mahasiswa
baru, aku membuat senyuman selebar yang bisa bibirku buat.
“Hai….” Sapaku singkat dengan nada lembut dan
tenang agar mendukung wajah manis yang sedari tadi kupasang walau sebenarnya
aku berdoa agar senam wajah semalam berhasil membuat wajahku terlihat lebih
ramah dan bukannya malah menjadi seperti nenek sihir yang memaksakan diri terenyum.
Ya beginilah sulitnya memiliki wajah yang terlihat elegan atau lebih tepatnya
jutek dan garang. Oke, kembali ke kenyataan. Sepertinya strategiku cukup
berhasil atau mungkin juga tidak karena ada beberapa yang membalas sapaanku
dengan tulus dan membalas senyuman ala bidadariku dan ada pula yang menatapku
heran, mungkin dia berpikir nenek sihir dari antah barantah mana ini. ya
mungkin saja…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar