Minggu, 14 September 2014

Aku yang Rindu


Terdiam ku pada malam. Membisu ku pada senyap. Melemah ku pada rindu. Aku yang begitu kuat dan angkuh ini merasa malu pada bulan, bintang, dan gelapnya langit malam.

Aku yang kini terbiasa dengan kesendirian tertegun pada ketidaknyamananku bersentuhan dengan kehampaan. Mungkin aku lupa bahwa diri ini pun merasakan rindu. Tapi entah rindu ini kusematkan untuk siapa. Mungkin juga sesungguhnya aku memang tidak merindukan “siapa” tapi merindukan “apa”. Apa yang mereka sebut kebersamaan, kasih sayang, maupun cinta.

Aku yang kini semakin berkawan dengan kesendirian mulai merasa bosan. Bosan memahami keadaan dan ingin bertindak demi kepentingan diri sendiri. Bukan ku tak pernah memikirkan diri sendiri. Bukan. Aku tak semalaikat itu. Aku sering memikirkan apa yang menguntungkan bagiku, bagi kepentinganku. Hanya saja pemikiran sok dewasa ku menyudahkannya, menghentikannya hanya menjadi sebuah pemikiran bukan tindakan. Sebab apa yang ku perbuat sering kali berlainan dengan pemikiranku. Aku bertindak bak protagonis naïf dalam sebuah drama. Tak ada yang salah memang. Mana ada orang yang menghujam perbuatan baik yang memperhatikan kepentingan orang lain. Sayangnya, tak selamanya hal itu tepat dilakukan.

Aku yang kini terlena dengan anggunnya kesendirian, megahnya kehampaan, dan angkuhnya kedewasaan terbentur pada kerinduan menyayangi. Aku rindu menyayangi, setidaknya diriku sendiri. Harus aku akui aku lelah beridiri tegak mengatakan ‘aku baik-baik saja’ manakala aku tahu yang kubutuhkan saat itu adalah bersandar. Aku yang angkuh itu pada akhirnya terjerat pada kekosongan yang mendalam. Memenjarakan ku pada wajah yang tegar dan kuat sementara hati ku semakin lemah dan menggigil kedinginan. Ya, hati ini kian dingin. Hati ini rindu merasakan hangat. Aku seharusnya ingat, bahwa yang ku jalani adalah kisah ku sendiri. Hidupku adalah milikku sendiri. Aku adalah pemimpin bagi diriku sendiri maka aku bertanggung jawab atas diriku seutuhnya. Bukan untuk orang lain tapi ini untuk diriku sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar