Hello, pembaca sekalian. Kali ini saya tidak akan
membahas tema perasaan, cerpen, atau cerita fiksi lain seperti yang biasanya
saya tulis. Bukan, bukan karena saya lagi jomblo jadi tidak ada inspirasi (loh
kok curhat? :p). Yah, alasannya hanya karena saya lagi bosan. Bosan. Bosan.
Iya, bosan.
Nah sekadar informasi, saya ini salah satu mahasiswa
tingkat a.....khir (berat nih harus
mengakuinya) di salah satu universitas keguruan di Bandung. Alhasil,
semester delapan ini saya mengontrak mata kuliah PPL alias Program Praktek
Lapangan. Setelah melewati beragam proses yang agak sedikit ribet, saya pun
ditempatkan di sekolah negeri yang ada di Bandung. Hari pertama datang ke
sekolah, kelompok PPL saya ditemani dosen-dosen yang bermaksud “menyerahkan”
kami (saya dan kawan-kawan senasib – satu kelompok ppl) kepada pihak sekolah.
Pada hari itu juga kami dicermahi diberitahukan etika, tata cara, dan
peraturan-peraturan di lembaga yang akan kami tempati selama empat bulan
tersebut. Cukup menarik.
Sampai pada saya mengupload tulisan ini, saya dan
kawan-kawan senasib – sekelompok – berhasil
melalui tugas selama tiga minggu. Iya terdengar sebentar memang, tapi terasa lama
bagi kami (oke, minimal bagi saya
deh).
Bukannya tidak senang, bukan. Mungkin saya hanya
belum terbiasa. Belum terbiasa bangun pagi kemudian mandi setelah beres sholat
subuh, belum terbiasa menyiapkan layanan yang akan diberikan, belum terbiasa
berjaga di ruang piket, belum terbiasa memakai sepatu hak tinggi (aseli terkewer-kewer ini capek banget! Kagak
ngarti gua sama cewek yang tahan make sepatu sinting hak tinggi
lama-lama begitu), dan belum tebiasa-belum terbiasa lainnya.
Perkara pengalaman, ini menarik sekali. Saya memang
sudah sering praktek di lapangan (sekolah-sekolah) sejak semester awal, entah
itu demi tugas-tugas dari dosen tercinta, atau memang tuntutan dari mata kuliah
yang praktikum. Bukan maksud sombong, bukan, ini karena memang begitu cara
dosen kami melatihnya. Jadi berhadapan dengan siswa bukan hal baru buat saya
(ceilah) setidaknya tidak membuat saya terlalu nervous, kira-kira begitu. Tapi PPL memang berbeda dari praktikum
biasa, ada banyak pengalaman baru. Saya juga bisa lebih mengenal siswa yang
saya bina dengan lebih dalam karena saya datang ke sekolah hampir setiap hari,
saya belajar kegiatan lain yang biasa bapak-bapak dan ibu-ibu guru lakukan di
sekolah, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler sekolah, mengikuti upacara (yang entah kapan terakhir saya mengikuti upacara), struktur organisasi dan
sistem dari lembaga yang saya tempati, permasalahan yang dihadapi siswa,
karakteristik umum siswa tiap kelas, dan problematika lainnya. Semuanya jadi
terasa lebih nyata dibandingkan praktek dan observasi yang saya lakukan saat
perkuliahan dahulu.
So, secara keseluruhan PPL ini menarik. Menarik sekali.
Masih ada sekitar 3 bulan lebih lagi saya dan kawan-kawan menjalani PPL dan
saya cukup penasaran ada hal-hal apalagi yang akan saya alami, rasakan, dan
pelajari J