Minggu, 05 Juni 2016

Tidak Boleh Dia

Aku terdiam. Ada yang mendesir dari dalam tubuhku dengan sangat pelan. Pelan sekali hingga aku sendiri pun ragu atas kebenaran adanya desiran itu. Sebenarnya apa yang terjadi pada ku saat ini. Dia bukan orang baru dalam hidupku. Bukan juga orang lama yang kunanti sejak dahulu. Dia hanya dia, seseorang yang kadang datang kemudian pergi seperti banyaknya orang lain dalam hidupku. Meski begitu, hubungan kami memang hanya sebatas itu, tak pernah terbersit di kepalaku ini untuk mengharapkan sesuatu yang lebih. Ku rasa dia pun begitu. Hingga datang malam ini, saat aku mulai menyadari debaran aneh saat menatapnya yang duduk terdiam di bawah langit malam bertabur bintang. Ada sesuatu dalam dirinya yang aku butuhkan, sesuatu yang tak pernah kusadari selama ini ada padanya. Mata itu, memancarkan tatapan yang meneduhkan jiwaku yang sering carut marut. Mata yang menenangkan, seolah mengundangku untuk berlindung. Rasanya indah sekali menyadari aku tak sebatu yang ku kira. Aku masih bisa merasakannya sejak entah kapan terakhir kali aku ingin bersandar pada seseorang. Sayangnya, aku tahu dia memang seperti itu. Menengkan bagi semua orang bukan hanya untuk aku seorang. Sayangnya, aku terlampau memahaminya bahwa aku tak pernah mampu membuatnya ingin melindungiku. Sayangnya, aku sangat tahu bahwa apa yang ku rasakan ini adalah sebuh kesalahan. Dia bukan orang yang bisa ku harapkan. Maka disinilah aku, menitipkan segenap rasa itu pada langit, menguapkannya dalam doa, aku mohon jangan dia. Maka disinilah aku, meninggalkan kesalahan itu di tempat yang tepat. Tak akan ku buka lagi walau sesaat. Sebab apapun yang terjadi, bukan dia, jangan dia, akan selalu terselip dalam doa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar