Hari itu
matahari sudah berada di tengah langit, memancarkan sinarnya dengan anggun. Panas
sekali. Aku yang sedang terpaksa berdiri di lapangan bersama mahasiswa
lainnya hanya bisa pasrah. Sambil terus menyeka tetesan keringat yang mengucur,
aku memperhatikan seorang laki-laki kurus ceking berjalan ke atas podium
yang berada tepat di depan kami. Dia si bos-nya kami, sang ketua perkumpulan
ini. Aku lupa apa saja yang disampaikan si ketua, Intinya, kami akan mengadakan
sebuah acara amal untuk membantu adik-adik kecil usia sekolah dasar memiliki
taman bacaan di daerah sekitar kampus. Tujuan
yang mulia, realisasinya semoga benar-benar dapat berguna, pikirku waktu
itu. Si ketua itu lanjut berbicara, kami yang jumlahnya banyak ini dan terdiri
dari beragam jurusan dari seluruh fakultas kampus tercinta akan dibagi menjadi
beberapa kelompok dan mendapat tugas mewujudkan taman bacaan pada beberapa
tempat yang sudah ditentukan. Oh okay, pikirku
lagi. Pertemuan itu tak lama kemudian ditutup, tentunya setelah si ketua
menyampaikan beberapa teknis pembagian kelompok dan tanggung jawab
masing-masing kelompok. Besok kelompok sudah dapat dilihat di forum online
perkumpulan kami dan selebihnya menjadi tanggung jawab kelompok dalam membuat
taman bacaan terlaksana dengan konsep yang kreatif sesuai hasil perundingan
kelompok. Lega sekali saat kami dibubarkan, I
feel free, batinku seakan ingin menjerit seperti itu.
Saat terjadi pembubaran yang tidak apik itu aku
menabrak seorang laki-laki dengan wangi tubuh yang khas, tak sempat kulihat
wajahnya kala itu. Pertemuan itu aan menjadi awal kisahku dengannya, si pemilik
bau tubuh yang khas.
***
Di tengah
keramaian dan orasi sang ketua perkumpulan, aku yang beridiri di barisan
belakang dan merasa bosan menemukan sesuatu yang lebih menarik. Seorang gadis
berkacamata beridiri sambil menyeka keringatnya, terlihat sekali kesal dengan
situasi hari itu. Entahlah, dia tidak cantik luar biasa diantara gadis-gadis
lain, tidak juga seksi karena dia mengenakan baju kebesaran yang menambah imut
penampilannya. Dia tidak tinggi, tidak banyak bicara, manis, unik, dan entah
mengapa aku menikmati memandanginya seperti ini. Saat perkumpulan ini
dibubarkan sang ketua, aku agak tertegun karena memang aku tak memperhatikan. Tanpa
sengaja arus manusia yang berlalu lalang tak tahan ingin meneduh ini menuntunku
pada gadis berkacamata dan punggungku menabrak kepalanya, ini kesempatanku, pikirku. Baru saja aku akan mengajaknya bicara,
seorang kawan menarik tanganku dan hilanglah dia dari pandanganku. Sebal sekali
rasanya. Tapi kurasa aku akan bertemu dengan gadis itu lagi, batinku yakin
sekali atau mungkin lebih tepatnya berharap sekali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar