Aku sudah
mendapatkan kelompok dengan anggota sebanyak 8 orang termasuk aku. Hari ini aku akan bertemu dengan ketujuh
anggota lainnya. Ada Rena, Tia, Meli, Denu, Nando, Rehan, dan Yoda. Aku datang
terlambat dan menjadi yang paling akhir datang diantara yang lainnya. Okay, tidak ada yang aku kenal sama sekali,
pikirku saat itu. Sesaat setelah datang dan berkenalan dengan seluruh kawan
baru ini aku tak bisa menahan diri untuk mencoba melihat karakter mereka. Pandanganku
tentang masing-masing dari kelompok ajaib ini…
Rena itu cantik,
tipe gadis yang mudah menarik perhatian laki-laki, terlihat supel.
Tia itu
manis, berkacamata, terlihat berwawasan luas, aktif dan juga supel.
Meli itu
lebih pendiam diantara yang lainnya, manis, dan tergolong anak yang alim
menurutku.
Denu
berpenampilan agak urakan, tidak jelek, dan agak cuek.
Nando terlihat
seperti calon pemimpin karena pembawaannya yang memang bisa mengontrol kami
yang canggung saat pertemuan pertama ini.
Rehan cukup
tampan, bisa berdandan bak mahasiswa gaul masa kini,dan sepertinya supel.
Yoda
tergolong yang paling tampan dari tiga anggota laki-laki yang lain, tak banyak
bicara, dan datang dengan jeans sobek-sobek super besar di bagian pahanya.
Setelah basa-basi yang diisi mengenai perkenalan
kami satu sama lain, awal pertemuan kelompok ajaib pun siap dibubarkan, keempat
anggota laki-laki memutuskan melanjutkan obrolan di lain tempat dan berjalan
melewatiku, samar-samar dapat kucium aroma tubuh yang khas seperti laki-laki
kemarin yang menabrakku. Aku mungkin sudah berhalusinasi atau mungkin takdir
sedang mempermainkanku?
***
Aku datang
hampir menjadi orang yang terakhir saat seorang anggota perempuan yang centil
itu menyebut ada satu orang lagi yang belum datang. Aku yang memang malas dan
baru pulang dari kerjaan lembur semalam mana sempat berganti baju, ku kenakan celana
jeans sobek kesayanganku saat itu. Kuperhatikan setiap gadis pada kelompok unik
ini. Ada si Rena yang canntik dan centil, Tia yang jutek dan terlihat pandai,
Meli yang pendiam dan alim. Tak ada satupun dari mereka yang memenuhi
harapanku, si gadis manis berkacamata kemarin. Serasa malas jadinya. Mana pula
satu anak yang datang lebih terlambat dari aku itu, pikirku kesal.
“Maaf ya aku
terlambat tadi macet soalnya..” suara anggota terakhir yang ditunggu tiba juga.
Alasannya klasik sekali menurutku, sampai penasaran seperti apa orangnya. Kualihkan
pandanganku pada orang yang datang tergesa-gesa di arah belakangku, sumber
suara gadis yang minta maa tadi.
Pucuk dicinta
ulampun tiba.
Pepatah itu terngiang-ngiang dikepalaku seketika. Gadis manis berkacamata itu
satu kelompok denganku. Takdirku memang sedang bagus. Sepanjang pertemuan itu
aku asyik mengambil posisi paling pinggir dengan terus memandangi gadis
pujaanku itu. Dia tersenyum, bibirkupun ingin tersenyum. Dia memperhatikan
dengan serius anggota yang lain bicara, aku semakin tertarik dengannya. Aku rasa
ini yang namanya jatuh cinta pada pandangan pertama. Walaupun aku tak percaya
cinta semacam itu, kunikmati saja setidap debaran yang mendesir di dalam dada
setiap kali menatapnya. Akan ku potret setiap ekspresi gadis manisku itu untuk
mimpi malam ini. Tak akan kusia-siakan takdir ini, aku akan mendapatkannya. Nama
calon gadisku itu, Zahra.