Saya mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan
Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan Unversitas Pendidikan Indonesia angkatan
2011. Masa studi di jenjang strata satu alias S1 seharusnya dapat selesai dalam
waktu empat tahun, artinya seharusnya saya sudah lulus menyandang gelar EsPeDe (S.Pd) sejak tahun lalu, tahun
2015. Tapi kenyataannya, yang mungkin memang sudah takdirnya, sudah nasibnya,
baru kelar sidang tanggal 27 Januari lalu dan baru dapat yudisium tanggal 16 Februari
kemarin (jangan tanya kenapa yudisiumnya lama, saya juga tidak tahu, ya
begitulah pokoknya prosesnya).
Sebagai mahasiswa yang baru akan diwisuda april
mendatang (ulala akhirnya wisuda
juga, emak! Bapak! anakmu wisuda juga!) jangan tanya sudah berapa banyak kawan seangkatan
yang sudah lulus duluan (mereka lebih beruntung aje itu mah HAHA) dan berapa kali diri ini mendatangi teman-teman
saat wisuda, memberi mereka selamat, membelikan mereka bunga, dan menjawab “doakan
saja” saat ditanya “kapan nyusul?”, ya begitulah.
Sebenarnya, tulisan saya kali ini dilatarbelakangi
kerisihan (eh maksudnya keresahan) hati ini yang sudah disuruh-suruh
diminta emak dan bapak untuk segera mencari gawean
(kerjaan) biar tidak pengangguran. Iya itu wajar, iya itu biasa, iya saya
maklum, tapi yah emak, bapak, punten ini mah, anakmu ini baru juga dapet
yudisium kemarin bukan tahun lalu. Anakmu ini ingin napas dulu mak, pak. Hehehehe.
Ceritanya bermula ketika saya pulang kampung seminggu
setelah sidang. Maksud hati ingin melepas rindu bertemu dan bercengkerama
dengan keluarga di rumah setelah entah sudah berapa bulan diri ini tidak pulang
(etdah lebay banget yak), namun yang
terjadi diberondong pertanyaan seputar “apa yang akan saya lakukan setelah ini”
(nah loh). Bukan apa-apa, saya kemarin-kemarin cuma tahu bahwa saya harus
cepetan lulus, cepetan lepas dari status mahasiswa ini, cepetan. Itu saja. Ya
walaupun saya tidak buta-buta banget mau ngapain setelah lulus ini tapi kok
kayaknya agak eteb aja gitu udah
langsung disuruh gawe. Ibarat perlombaan nih ya, saya disuruh kejar-kejaran
lawan kereta api (ya keleuuuusss).
Saya jadi kepikiran perkataan senior-senior EsPeDe
(mereka yang sudah lebih dulu lulus), kata mereka waktu saya masih pusing
revisi dulu, “elu mah enak masih status
mahasiswa, gue nih pengangguran, nikmatin aja revisinya, haha”. Sebal
banget tuh dulu saya dengarnya. Ya kali ini saya sudah berasa mahasiswa paling
tua di kampus, yang enggak ada jadwal kuliah, yang selalu mengejar-ngejar
pembimbing, siang-malam di perpus (etdah
lebay lagi yak), ya pokoknya gitu deh. Tapi ternyataaaa, mereka semua
benar. Lebih enak jadi mahasiswa.
Bukan berarti ya, elu-elu semua gara-gara baca
ini tulisan jadi pada nunda kelulusan, bukan gitu, hanya saja maksud saya tuh
ye, elu-elu pade harusnya bersyukur dan menikmati setiap kehidupan sebagai
mahasiswa. Masalah siapa yang lulus duluan, elu atau temen elu, santai aja bro
dan sis (sambil terus berusaha ye tapi), lulus itu baru awal dari dunia nyata
yang sesungguhnya (